Seperti Nonton Opera


Nah, akhirnya bisa posting lagi. Yah, meskipun sebenarnya malas.. 

IMG_20160611_192253

Nah, kebetulan kemarin saya bisa dapat kesempatan nonton 5th symposium on church choral music 2016. Jadi itu isinya tentang paduan suara gerejawi. Event ini dari tanggal 9-12 Juni 2016 kemarin. Saya cuma nonton yang tanggal 11 dan 12nya saja. Yang tanggal 11 di Main Hall Kampus Maranatha Bandung, yang tangga 12nya di katedral Santo Petrus Merderka Bandung. Penampilnya (penampil ya, bukan peserta) dari Gereja dan juga ada dari paduan suara Universitas. Karena ini event internasional, penampilnya ada yang dari Harvard University dan Paul Phoenix dariCambridge, UK. Untuk para gamer jangan disamakan dengan Paul Phoenix di game Tekken. Jelas beda. Hehehe. Untuk Paul Phoenix yang saya maksud bisa dibaca di sini.

Acara Symposiumnya cukup direkomendasikan. Kalau saya biasanya dengar lagu yang rock n’ roll atau yang ngebeat, nonton acara ini seperti mencoba hobi baru. Beberapa penampil terkesan rata-rata dan bahkan kaku, beberapa lagi sangat outstanding. Yang paling berkesan buat saya adalah penampil dari Unima Manado, Cantorium Studio dan Paul Phoenix. Penampil dari Unima menampilkan lagu gerejawi dan lagi daerah khas Minahasa Si Patokaan. Uniknya mereka adalah, mereka tidak menggunakan alat musik dalam membawakan lagu, tapi membuat suara mereka menyerupai suara alat musik. Heheheh unik deh pokoknya.

IMG_20160612_204116

Kalau Cantorium Studio mereka cukup bagus. Penampilan terakhirnya yang paling saya suka. Kalau sebelumnya mereka bawa lagu gereja yang genrenya hymn, di dua lagu terakhirnya mereka menggunakan koreografi. Lagu yang paling terakhir ini menggunakan koreografi mirip broadway ala New York. Namanya kalau konser pakai koreografi lebih membuat lirik lagunya serasa hidup, apalagi kalau konser paduan suara.

IMG_20160611_202947

Ada juga Inggou Victory Children Voice PematangSiantar. Anggotanya isinya anak-anak semua. Kira-kira umur belasan. Hampir semua anggotanya anak perempuan, anak lakinya cuma satu. Yang unik dari penampilan mereka, mereka mengajak penonton untuk bersama-sama menyanyi. Tapi mereka jadi penyanyi pengiringnya (backing vocal, red), bukan penyanyi utamanya.  Untuk seukuran anak-anak bisa bernyanyi setara internasional, keren..!!!

IMG_20160612_194849

 

Nah, yang terakhir ini yang paling bikin saya errr, gimana yah, terbawa suasana. Paul Phoenix dari The King’s Singer cuma membawakan 3 lagu, tapi cukup untuk membawa atmosfer teduh. Apalagi yang hari penampilan terakhir ini panggungnya di dalam katedral, jadi suasana teduh nan gerejawinya sangat kerasa. Lagu terakhirnya berjudul Lord’s Prayer (kalau tidak salah, red) ini yang paling bikin saya senang. Paul tidak hanya berdiri di panggung, tapi berjalan ke tempat duduk penonton sambil benyanyi. Sungguh, seperti Opera.  Kalau dilihat dari dekat, Paul seperti tidak seperti sedang bernyanyi, tapi berdoa. Penghayatan lagunya betul-betul luar biasa, sampai terasa oleh penontonnya.

 

IMG_20160612_200623  IMG_20160612_200909

Nah, sepertinya pas hari itu saya sedang beruntung, jadi saya bisa kesampaian untuk foto dengan Om Paul. Hehehe. Di luar dugaan, orangnya ramah dan humoris lho. Waktu saya antri duluan untuk minta foto dan tiba-tiba ada yang nyosor minta foto, eh malah saya dan pacar saya yang dipanggil untuk foto. Katanya, saya udah antri duluan. Hihihi, thx Mr. Paul.

IMG_20160612_212312

Nah, sepertinya saya jadi mulai suka dengan konser klasikal mirip opera kayak gini. Kayaknya, ambil aja tawaran S3 di UK. Gimana? 🙂


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *